Saatnya Indonesia, Mengenal Sosok "Wage" Lebih Dekat


Poster film WAGE.


Bangunlah Jiwanya
Bangunlah Badannya
Untuk Indonesia Raya
...
Salah satu isi lagu Indonesia Raya di Bait/Stanza I.

Perjalanan waktu yang panjang untuk mengenal sosok "Wage" dengan nama lengkap Wage Rudolf Supratman, yaitu seorang penggubah lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya sekaligus wartawan.

Kami (Groub Kopi) disela konferensi press usai peluncuran trailer Wage berbincang singkat dengan sineas John De Rantau. Ia menceritakan inti dari biopic sosok "WAGE" di film WAGE. Bagaimana saat proses lahirnya lagu Indonesia Raya, serta siapa sosok Wage Rudolf Supratman?, Wage adalah generasi baru yang lahir diawal tahun 1900, dimana anak-anak sekolah mulai muncul maka mereka melakukan pergerakan bukan lagi dengan fisik tapi dengan intelektual bahwa mereka belajar dengan revolusi perancis dan banyak sekali revolusi yang mereka pelajari karena mereka sekolah, bahwa ternyata memperjuangkan kebangsaan dan meraih kemerdekaan tidak harus dengan fisik saja tapi juga dengan diplomasi dengan fikiran dengan karya bersama kelompok- kelompok, sehingga lahir partai-partai pada saat itu yaitu lahir Sarekat Priyayi, Sarekat Dagang Islam (SDI), Sarekat Islam (SI), lahirlah para tokoh yang bernama Muhammadiyah dan lahirlah Nahdlatul (Kebangkitan). Akibat partai - partai ini lahir memunculkan semangat primordial dimanapun, bahwa kesadaran bersatu mereka muncul lahirlah namanya Djong java, Djong Ambon, Djong Celebes, perwakilan-perwakilan ini berkumpullah di Jakarta untuk membentuk namanya kongres pemuda tahun 1926, untuk mewujudkan Indonesia seperti yang kita harapkan kedepan gagal karena karena spiritnya primordial bahwa adanya pendapat-pendapat yang menyatakan paling bagus Djong Java atau yang lainnya, akhirnya ketika ada lagu kebangsaan Indonesia Raya tahun 1928 dikumandangkan spirit kesatuannya muncul sehingga itu menjadi bahaya oleh Belanda mengakibatkan Wage Rudolf Supratman dikejar.

"Sehingga saya bilang kok... pahlawan ini dianggap penjahat ya..?, sudut pandangnya dari Belanda karena pada saat itu kebenaran pada saat itu yang memegang Belanda (yang berkuasa), sehingga jadinya noir buat saya", ungkapnya.

"Makanya ciri khas noir, photografinya sangat kontras, tokoh-tokohnya sangat kontras tapi tidak ada protagonis dan antagonis yang ada manusia di manusiakan", tambahnya.

"Bahwa disisi baiknya WAGE, ada sisi gelapnya sedikit, misalnya Ia menyia-nyiakan perempuan, Saya menyebut Ia (Wage) tidak merana sendiri, tapi saya tidak membuat film yang anti perempuan. Wage sangat perhatian terhadap perempuan, saya menyebutnya oedipus complex (sosok Wage)", katanya.


Lagu Indonesia Raya, Bait/Stanza I , Bait/Stanza II, dan Bait/Stanza III

Mengenai lagu Indonesia Raya yang kebanyakan masyarakat Indonesia mengetahui hanya Bait / Stanza I dan sampai saat ini mengapa tidak dinyanyikan sampai dengan  Bait / Stanza II dan Bait / Stanza III dalam hal ini John De Rantau menanggapi karena tidak disosialisasikan. "Dengan adanya kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Dirjen Kebudayaan mewacanakan lagu Indonesia Raya sampai Bait / Stanza III  dan ada sosialisasi baru kesekolah-sekolah dan untuk pejabat-pejabat tapi kalau alasannya kepanjangan, buat saya alasan itu sangat naif, bahwa berapa lama pembukaan menyanyikan lagu Indonesia Raya saat membuka suatu acara, hanya 10 menit  sampai Bait / Stanza III padahal di lagu Indonesia Raya Bait / Stanza II berisikan do'a", ujarnya.

film ini patut di tonton masyarakat Indonesia karena mengungkapkan riwayat hidup sang penggubah lagu kebangsaan yang belum banyak diketahui masyarakat secara runtut, cermat, dan jelas, diimbangi mutu estetika berkelas dalam durasi 110 menit.

Mengutip kata-kata Wage melalui trailer film WAGE.  "Aku harus ikut berjuang untuk kemerdekaan bangsa ini dengan lagu dan biolaku. Untuk itu, aku pun harus terlibat langsung dalam pergerakan kemerdekaan bangsa ini,” demikian semangat membara seorang WAGE, laki - laki kelahiran Somongari Purworejo Jawa Tengah (19 Maret 1903).

Direncanakan film WAGE akan disaksikan oleh Presiden Joko Widodo dan kabinet menteri-menterinya dalam gala preview khusus di Djakarta Theatre XXI,  sedangkan untuk press screening dirancang pada tanggal 28 Oktober di Metropole XXI.

Lantas akan ditayangkan untuk umum secara serentak di ratusan layar bioskop tanah air, mulai Kamis, 9 November 2017, untuk menyambut Hari Pahlawan. Inilah sebuah film yang patut disaksikan berduyun-duyun oleh seluruh anak bangsa dan keluarga Indonesia.

• Produksi  : OPSHID MEDIA UNTUK INDONESIA.
• Para Pemain : Rendra, T. Rifnu Wikana,  Prisia Nasution, Woulter r Zweers. Putri Ayudya, Ricky Malau, Fery Sopyan, Pandoyo, Kedung de Romansa, Banon Gautama, Roy Santoso, Oim Ibrahim, Eky Lamoh, Eko Partel, Peter van Luijk, Bra Makahekum, Koirul Ilyas Aryatama. Nio Soeprapto
• Executive Produser : M.Subchi Azal Tsani
• Co. Executive Produser : Sheika Amenia Basalama, Deny Nugroho, Rizki Hikmawan, R. Ivan Nugroho
• Produser : Andy Shafik
• CoProduser : R. Nio Soeprapto
• Produser & Sutradara : John De Rantau
• Skenario : Fredy Aryanto, Gunawan Bs
• Director Of Photography : Hani Pradigya
• Penata Artistik : Frans X Paat
• Penata Musik : Indra Q dan M. Subchi Azal Tsani
• Penata Suara : Hadrianus Eko Sunu,  M. Yusuf Paterani
• Editor : Kusen Dony
• Acting Coach : Azuzan
• Penata Rias & Kostum : Tuti & Bambang



Komentar

  1. Top and great, semoga kita bisa belajar dari sosok seorang Wage ...
    Belajar tentang spirit kebangsaannya mereka

    Salam antusias

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Central Park Mall : Great Shopping Experience Di Jantung Kota Jakarta Barat

Francis Artisan Bakery Hadir Di Central Park Mall

SAKSIKAN FILM BAYI GAIB TANGGAL 15 FEBRUARI 2018